Musim Panen, Petani Tembakau Rajangan di Boyolali Mengeluh Harga Hancur

Petani tembakau Boyolali mengeluhkan harga anjlok. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Di tengah masa panen raya, harga komoditas tembakau rajangan di kawasan lereng Merapi-Merbabu hancur, kondisi ini diperparah tidak adanya penawaran tembakau dari penebas (pengepul).
“Tidak ada pengepul yang datang, saya tidak tahu kenapa,” kata salah satu petani tembakau, Hariyanto (48) asal Desa Jelok, Kecamamatan Cepogo.

Kondisi tahun ini jauh berbeda dengan tahun lalu, Hariyanto menuturkan, pada tahun lalu, menjelang masa panen, para penebas sudah berdatangan langsung ke ladang untuk mengecek tanaman tembakau. Sekaligus menemui petani untuk menawar harganya. Sebagian petani yang memilih panen sendiri pun sudah mulai merajang tembakau hasil panen untuk dijemur.

“Karena tahun lalu cukup bagus, maka saat tanam berikutnya kami menambah luasan tanam, dengan harapan panen melimpah dan harga terjangkau,” katanya.

Hanya saja, tidak seperti yang diharapkan, pada musim panen ini tidak ada pembeli yang datang. Sejumlah petani pun berniat memanen sendiri. karena keterbatasan tenaga, maka tembakau hanya dipanen menjadi tembakau rosok yang harganya murah.

“Sebulan lalu, harga tembakau rosok kering hanya Rp 10.000/kg. Entah kali ini, harganya turun atau tidak,”imbuhnya.

Dia mengaku menanam tembakau sebanyak 2.000 batang. Dari hitungan kasar, dia berharap bisa laku hingga Rp 10 juta. Itupun masih dikurangi biaya tanam dan pembelian bibit serta pupuk sebesar Rp 700 ribu. Biaya belum termasuk tenaga pemeliharaan yang dia kerjakan sendiri. “Pokoknya rugi besar tahun ini,” imbuhnya.

Supar, petani tetangga Hariyanto juga mengaku mengalami kerugian yang cukup besar. Dia menanam tembakau sebanyak 1.500 batang. Hasil panen dijual dengan cara tebasan langsung di ladang dan hanya laku sebesar Rp 700 ribu.

Petani lain, Suwarto (61) asal Kecamatan Selo mengakui harga tembakau hasil panen kali ini tak sebaik panen tahun lalu. Dia menanam 3.000 batang dan berharap meraup hasil panen minimal Rp 15 juta. Namun, saat musim panen, tak ada penebas yang datang melakukan pembelian.

Dia pun nekat memanen sendiri. Tembakau kemudian dirajang dan dikeringkan. “Setelah kering saya simpan dalam keranjang yang sudah dilapisi pelepah batang pisang kering sehingga awet. Dalam kondisi tersebut, tembakau dapat bertahan hingga beberapa tahun,jika harga bagus, baru kemudian di jual,” pungkasnya.