APU IJUK TRADISIONAL MASIH EKSIS DI MOJOSONGO

Perajin ijuk di wilayah Kecamatan Mojosongo Boyolali. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Pembuatan sapu ijuk masih digeluti sebagian warga Kelurahan Kemiri Mojosongo. Meskipun produk serupa sudah banyak yang dibuat secara modern tak menyurutkan semangat warga setempat untuk bersaing, mengingat sapu ijuk produk mereka dikenal cukup berkualitas serta harga yang terjangkau.

Di setiap sudut kampung ditemukan masyarakat yang sedang memproduksi sapu ijuk. Baik memotong ijuk, menganyam, mengikat, maupun menyisir.

Salah satu perajin sapu ijuk, Ngatirah (65) merupakan warga Dusun Genengsari, RT 05 RW 15 Kelurahan Kemiri, Kecamatan Mojosongo, terus eksis dengan usahanya yang sudah berjalan puluhan tahun saat dirinya masih belia.

“Kerajinan sapu ijuk ini produksinya memang kami buat secara manual dan tradisional. Namun, kualitasnya tetap kami jaga dan tidak kalah dengan sapu dari bahan baku plastik yang lebih modern,” katanya.

Dia menuturkan cukup banyak warga dikampungnya yang berprofesi sebagai perajin sapu ijuk, membuat sapu ijuk butuh kesabaran dan ketelitian. Hal tersebut berkaitan dengan kualitas dan kekurangan sapu ijuk.

“Awalnya, ijuk itu dipilah dulu, selanjutnya dipotong dan dimasukkan rotan sebagai pegangan sapu, setelah itu dianyam biar kuat, dan selanjutnya dirapikan dan disisir,” katanya.

Setiap hari Ngatirah mengaku bisa membuat lebih kurang 50 batang sapu ijuk. Sapu ijuk hasil keterampilan tangannya ini, selain dijual di Boyolali dan sekitarnya, juga dijual keluar kota seperti Surabaya. Tentunya berdasarkan pesanan. Selain mengirim ke tempat tersebut, banyak masyarakat yang datang langsung untuk membeli.

“Ada yang datang langsung ke rumah, beli 10 buah ada juga hanya 2 buah. Kita layani saja eceran juga. Kalau ke toko biasanya kirim satu kodi atau 20 buah,” ucapnya.