FOKUS JATENG-BOYOLALI-Satu pekan sebelum pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, sejumlah seniman di Boyolali, menggelar doa bersama. Ritual tersebut, dikemas dalam kidung macapatan, yakni puisi tradisional jawa yang berisi doa dan harapan maupun petuah yang ditembangkan dalam bahasa jawa.
Doa bersama kidung macapatan tersebut digelar di Sanggar Seni Rupa Ki Djoko Sutedjo, di Desa Bade, Kecamatan Klego, Boyolali. Senin (14/10/2019).
Di temui di sanggarnya, pemilik dan pengasuh sanggar, Ki Djoko menyebut ritual doa bersama ini digelar demi kelancaran pelantikan presiden dan wakil presiden terpilih 2019-2024, Joko Widodo dan Ma’aruf Amin. “Macapat itu harapan, doa, dan seni suara yang menggunakan syiir basa jawa, salah satunya kidungnya berisi harapan dan doa untuk kelancaran pelantikan presiden wakil presiden hingga kesejahteraan bangsa Indonesia ,” katanya.
Selain kidung macapatan, Ki Djoko secara khusus juga telah membuat lukisan untuk diserahkan ke istana kepresidenan. Lukisan ini bertema kebangsaan dibuat tepat sejak Jokowi ditetapkan sebagai presiden terpilih, Mei 2019 lalu.
“Lukisan ini bercerita tentang lambang Garuda Pancasila yang dijaga tokoh wayang pandawa lima, yang dimaknai sebagai lima pasal dalam rumusan dasar negara Indonesia dan Pancasila,” katanya.
Sementara, salah seorang seniman karawitan Boyolali, Ki Ribut Lebdo Carito mengatakan, selain mendoakan kelancaran pelantikan presiden, tembang macapatan juga didaraskan atau dilantunkan untuk kedamaian bangsa dan negara Indonesia.
“Dengan melantunkan macapat ini agar bangsa ini selalu menjaga keutuhan satu sama lain dan tidak mudah terpecah belah, karena akan selalu ada doa untuk bangsa Indonesia,” ujarnya.
Ia berharap, tembang macapat yang dilantunkan menginspirasi siapa pun warga negara Indonesia untuk juga berdoa, sesuai keyakinan agama masing-masing, demi kelancaran agenda pelantikan presiden, 20 Oktober 2019 nanti.