FOKUS JATENG-BOYOLALI-Untuk ketiga kali setelah tahun 2016 dan 2017, pertunjukan wayang kulit selama tujuh malam dengan serial Bharatayudha kembali digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali. Sebanyak tujuh dalang dalam pentas setiap lakon dalam pentas wayang kulit yang digelar di Alun Alun Lor Boyolali, dari Minggu (25/11) hingga Sabtu (1/12).
Pada hari pertama dalang Ki Warjito Kliwir asal Ngemplak menampilkan lakon Kresno Dutho. Disusul hari kedua oleh Ki Jungkung Darmoyo asal Sawit yang membawakan lakon Bismo Gugur. Hari ketiga menampilkan Ki Suratno asal Ngemplak dengan lakon Ranjapan (Abimanyu Gugur). Hari keempat Ki Joko Sartono dari Musuk membawakan lakon Suluhan (Gatotkaca Gugur).
Kemudian Ki Raharjo (Purbo Carito) asal Sambi tampil dengan lakon Durno Gugur pada hari kelima. Pentas keenam menampilkan Ki Suryanto asal Karanggede dengan lakon Jambaan (Karno Tanding) dan hari terakhir akan menampilkan Ki Haji Joko Sunarno asal Karanggede dengan lakon Duryudono Gugur (Rebahan). Saat tampil nanti mereka membawa perangkat gamelan dan sinden sendiri-sendiri.
“Wayang kulit tujuh malam dengan tujuan nguri-uri budaya dan memberi hiburan kepada masyarakat,” kata Wakil Bupati M Said Hidayat dalam sambutannya.
Wabup berharap gelaran wayang ini menjadikan generasi penerus bisa melestarikan dan nguri uri peninggalan para leluhur.
“Nguri uri Budaya Jawa yang masih bisa dilihat, dinikmati, bisa menjadi contoh generasi yang akan datang, karena membangun tidak hanya fisik saja akan tetapi juga membangun juga untuk nguri uri tradisi yang ada,” ungkap Wabup Said yang dilanjutkan dengan penyerahan tokoh wayang Kresna kepada dalang Warjito.
Sementara Yosep Kustono, panitia penyelenggara dari Ireng Putih Production mengatakan Kegiatan ini lakon besarnya adalah Baratayudha yang dipentaskan tujuh malam berturut-turut. ”Tujuh dalang yang tampil ini sudah banyak memberikan kontribusi kegiatan seni dan budaya. Jadi merupakan tokoh-tokoh dari Boyolali,” katanya.
Sebelumnya, terkait proses pembangunan Alun Alun Lor, saat ini terus digarap. Kasi Penanggulangan, Pemulihan, Pencemaran Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Boyolali, Martono mengatakan selain terdapat kantor kantor Organisasi Perangkat Daerah (OPD), kawasan ini nantinya akan lebih memiliki nilai estetika. Hal tersebut seiring dengan pembangunan beberapa miniatur tujuh keajaiban dunia atau seven wonder di Boyolali.
“Disebelah timur Alun Alun ada dibangun seven wonder. Antara lain Candi Borobudur yang dibangun di paling tengah bundaran. Lantas tiga keajaiban lainnya dibangun Taj Mahal di sebelah utara, Spink di sebelah timur dan di sebelah barat ada Piramida,” jelasnya.
Dijelaskan lebih lanjut olehnya, penyusunan letak miniatur tersebut sudah disesuaikan dengan rencana agar estetika miniatur tersebut dapat dilihat dengan baik oleh masyarakat yang berkunjung. Taman ini dibangun dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Boyolali 2018 sejumlah Rp 3.610.000.000 yang diharapkan dapat mewujudkan persatuan.
“Dilihat dari historis sejarah, empat monumen tersebut punya cerita dan di satu sisi Bupati Boyolali punya misi dengan tujuan untuk kebersamaan dan persatuan,” ungkapnya.
Candi Borobudur yang dibangun di tengah bundaran memiliki tinggi 2,5 meter dengan lebar 6,5 meter. Kemudian Taj Mahal akan berdiri setinggi 3 meter dan lebar 4,5 meter. Miniatur Spink dengan tinggi 3,5 meter dan lebar 5 meter dan Piramida akan setinggi 2,5 meter dan lebar 3,5 meter.