Tiba di Sulteng, Tim Public Safety Center 119 Dinkes Boyolali Langsung Bertugas di Pengungsian

Meski di kegelapan, tim Public Safety Center 119 Boyolali tetap melayani kebutuhan kesehatan korban gempabumi-tsunami Palu, Sulteng. (Istimewa/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-NASIONAL-Tim Public Safety Center (PSC) 119 Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali langsung bertugas di pengungsian bencana gempa bumi dan tsunami di Palu, Donggala, Sulawesi Tengah. Sejak mereka tiba di lokasi, Senin 8 Oktober 2018, mereka langsung disibukkan dengan pelayanan kesehatan di lokasi bencana.

Salah satu anggota tim PSC 119, Sukani mengatakan bersama enam rekannya terdiri dari satu dokter, tiga perawat dan satu tenaga sukarela bertugas dilokasi yang cukup jauh dari perkotaan di kawasan Palu.

“Kami kalau ke Palu butuh waktu sekitar empat jam,” kata bidan yang biasa disapa Ani melalui selulernya. Rabu 10 Oktober 2018.

Mereka berenam ditempatkan di pos kesehatan yang berada di pengungsian Gunung Lupa, Desa Mekar Baru, Kecamatan Banawa Tengah, Donggala. Lokasi tersebut, menurut Ani merupakan daerah perbukitan dengan medan yang berat. Jenset yang tersedia pun hanya menyala saat sore hingga tengah malam.

Karena keterbatasan BBM, jenset itu mati saat menjelang dinihari hingga siang hari . Namun demikian pelayanan tetap dilakukan kendati dengan peralatan seadanya.

“Belum sempat bongkar obat obatan, sudah diserbu pasien. Hingga malam hari kami tetap melakukan pelayanan sesuai tupoksi, ada beberapa warga yang membantu menerangi menggunakan senter,” katanya.

Ani menuturkan, Senin (8/10) malam, sekitar 1.45 WITA , tim sempat dibangunkan oleh beberapa orang yang minta tolong karena ada yang hendak melahirkan. Dengan menggunakan penerangan seadanya, mereka segera menyiapkan alat dan bergegas menuju lokasi.

“Lokasinya cukup jauh, beruntung ada pengungsi yang memberi tumpangan,” katanya.

Sampai di lokasi, tim mendapati seorang wanita yang menahan sakit hendak melahirkan. Setelah dilakukan pengecekan, lanjut Ani, terlihat pantat dan kaki bayi sudah keluar. Kepada tim, wanita itu mengaku sudah satu jam ditolong oleh dukun kampung, tapi tidak kunjung melahirkan.

“Saya tinggal bantu melahirkan sisa tangan dan kepalanya, 10 menit kemudian ari ari lahir,” katanya.

Dijelaskan, di pengungsian tidak sedikit pasien yang menolak untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit, dengan alasan rumah sakit masih gelap karena tidak ada listrik. Selain itu mereka takut terjadi gempa susulan.

“Seperti wanita yang baru melahirkan itu, dia menolak mondok di RS Tabeloka Donggala, tapi malah minta kembali ke pengungsian, ya terpaksa kami pulangkan,” katanya.

Atas kondisi tersebut, kondisi di Donggala saat ini masih membutuhkan bantuan terutama untuk pelayanan kesehatan dan obat obatan.

“Selama beberapa hari kami mendirikan posko kesehatan di Gunung Lupa, kawasan ini kondisinya cukup parah. Dengan jumlah sdm yang terbatas, kami membantu korban di sana,” tandasnya.