Spanduk Dipasang di Mana-Mana, Keluarga Besar PSHT Cabang Boyolali Tolak Kedatangan Neno Warisman Cs

Spanduk penolakan kedatangan Neno Warisman Cs. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Spanduk penolakan kedatangan Neno Warisman cs bermunculan di wilayah Boyolali. Sejumlah spanduk ini berkaitan dengan rencana jalan sehat yang akan digelar di Solo, 9 September 2018. Di antaranya terpasang di Jalan Pandanaran simpang tiga boulevard Soekarno, pertigaan Ngangkruk dan Mangu, Ngemplak, depan pintu masuk Bandara Adi Soemarmo, barat SPBU Cepogo.

Spanduk peonolakan kedatangan Neno Warisman juga terlihat di dekat Bandara Adi Soemarmo. (credit-Yulianto/Fokusjateng.com)

Spanduk yang terpasang diantaranya bertuliskan Kedatangan Neno Warisman memicu SARA, “#2019 Tolak ganti presiden NKRI harga mati,Tolak Provokasi Ahmad Dani cs,Tolak Gerakan Makar #2019 ganti presiden dan jangan usik kotaku dengan provokasimu NKRI harga mati.

Salah satu warga Boyolali, Ari Wibowo, menduga spanduk di Jalan Pandanaran kemungkinan dipasang pada Rabu malam 5 September 2018. Spanduk tersebut bertuliskan ‘Tolak Neno warisman cs pembawa kebencian di Soloraya’. Sementara disudut spanduk selain bertuliskan NKRI harga mati, terdapat lambang padepokan silat PSHT.
“Tadi malam saya lewat, masih belum ada. Mungkin dipasang pada tengah malam,” katanya.

Ketua Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Boyolali Komarudin, saat dihubungi membenarkan adanya spanduk itu. Dijelaskan, pihaknya menolak kegiatan jalan sehat di Solo, bukan dari sisi kedatangan Neno Warisman CS. Penolakan dilakukan atas isi orasi yang tersebar di medsos yang berisi ujaran kebencian dan provokasi.

“Ini bahaya dan Kami menolak tegas, agama saja menolak apalagi negara, ujaran kebencian ini menciptakan suasana yang tidak kondusif, bertentangan dengan Pancasila,” kata Komarudin, Kamis 6 September 2018. Selain itu, pihaknya juga akan menindak tegas anggota PSHT yang ikut dalam kegiatan tersebut dengan menggunakan seragam kebesaran. Dijelaskan, PSHT bukan organisasi politik.

“Sangat tidak beretika ketika seragam sakral digunakan untuk mendukung calon dalam politik,” katanya.

Salah satu pengurus PSHT Boyolali, Danang menambahkan, pihaknya mengimbau agar warga PSHT tidak mendekati area gerak jalan mengingat kegiatan itu sangat berpotensi konflik. “Sebaiknya para sedulur menjauh saja, jangan sampai kita terlibat pada urusan politik dan sara,” pungkasnya.