Ini Cara Warga Lereng Merapi di Wilayah Musuk Boyolali Rayakan Tradisi Syawalan

Warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, mengarak gunungan berbahan hasil bumi Jumat 22 Juni 2018. (Yulianto/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG-BOYOLALI-Warga lereng Merapi wilayah Kecamatan Musuk, Boyolali, menggelar acara unik untuk merayakan tradisi Syawalan. Event yang digelar H+7 Lebaran ini dengan cara menggiring seluruh sapi milik warga keliling kampung.

Selain gunungan hasil bumi, warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, juga menggiring seluruh sapi Jumat 22 Juni 2018. (credit-Yulianto/Fokusjateng.com)

Oleh warga setempat, Dusun Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, acara ini disebut Bakdo Sapi atau Lebaran Sapi. Mereka mengarak hewan ternak sapinya keliling kampung. Sapi-sapi itu juga dikalungi ketupat, sebagai simbol lebaran. Tradisi ini pun menjadi tontotan warga, sehingga suasana semakin meriah.

“Tradisi budaya ini merupakan tinggalan dari nenek moyang ini terus kami budayakan dan lestarikan,” kata sesepuh dukuh setempat, Hadi Sutarno, disela-sela kegiatan tradisi tersebut Jumat 22 Juni 2018.

Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun sejak jaman nenek moyang. Digelar di akhir perayaan lebaran atau di H+7 Lebaran, bertepatan dengan kupatan. Oleh masyarakat setempat juga biasa disebut bakdo kupat dan bakdo sapi. Bakdo kupat karena hari ini warga juga menggelar kupatan, dan bakdo sapi karena pada tradisi ini warga membawa ternak sapinya keluar kandang digembala keliling kampung.

Dijelaskan, tradisi syawalan dengan mengarak sapi keliling kampung atau juga disebut bakdo sapi. Kepercayaan warga pada tradisi syawalan atau bakdo kupat, warga membawa hewan ternaknya keliling kampung, karena pada hari itu kanjeng nabi sulaiman memeriksa hewan-hewan ternak milik warga. Sehingga warga pun mengeluarkan sapinya dari kandang dan dibawa keliling kampung.

Tradisi ini diawali dengan kenduri menggunakan ketupat berikut sayur dan lauknya. Ratusan warga dari 4 RT di Dukuh Mlambong, Rejosari dan Gedongsari mengikuti kenduri yang digelar di jalan dukuh setempat.

Setelah kenduri, warga kemudian membawa sapi-sapinya keliling kampung. Banyaknya sapi yang dibawa, sehingga jalan di kampung itu seakan dipenuhi sapi. Selain sapi, ada pula kambing. Sebagian besar sapi yang dipelihara warga adalah sapi perah.

Tradisi Syawalan ini terus dijaga warga Dukuh Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, Boyolali, hingga sekarang. (credit-Yulianto/Fokusjateng.com)

Sebuah gunungan besar ketupat dan sayuran hasil bumi ikut diarak. Kesenian tradisional juga turut dalam arak-arakan. Tradisi arak-arakan sapi disebuah desa di lereng Gunung Merapi sisi timur ini pun menjadi tontonan warga dari berbagai daerah. Tak sedikit pula yang mengabadikan moment tradisi yang berlangsung setahun sekali itu dengan menggunakan kamera telepon seluler maupun kamera digital.

Bahkan, ada warga yang menghias sapinya. Selain dikalungi ketupat, ada sapi yang dicat warna warni. Suasana arak-arakan sapi pun berlangsung meriah.

Hadi Sutarno, yang juga ketua RW 04 Desa Sruni mengatakan tradisi syawalan dengan menggembala hewan ternak keliling kampung ini merupakan tradisi yang sudah berlangsung turun-temurun sejak jaman nenek moyang. Tradisi ini juga sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas rejeki yang diberikan melalui ternak sapi.

Selain itu juga sekaligus memohon kepada Tuhan agar hewan-hewan ternak yang dipelihara warga dapat berkembang biak dengan baik. Karena melalui ternak sapi, khususnya sapi perah telah mampu menopang rejeki warga.