FOKUS JATENG-BOYOLALI-Peristiwa erupsi Gunung Merapi menyebabkan ratusan warga mengungsi sesaat ke tempat yang lebih aman Jumat 1 Juni 2018. Terutama warga Desa Tlogolele yang mengungsi ke balaidesa setempat. Proses evakuasi warga ini tidak disertai kepanikan lantaran langkah sigap para relawan tim Satgana dan SIBAT PMI Kabupaten Boyolali.
Selain membantu evakuasi warga, tim relawan juga mendistribusikan masker di wilayah Desa Lencoh, Desa Klakah (Dukuh Sumber dan Bakalan), Desa Tlogolele dan Desa Jrakah. “Sebanyak 4.000 biji masker yang sudah dibagikan PMI Kabupaten Boyolali. Kalau ditotal sejak dinaikan status aktivitas Merapi menjadi level dua, masker yang didistribusikan mencapai 8.600 biji,” terang Kepala Markas PMI Kabupaten Boyolali Dahat Wilarso.
Pembagian masker ini lantaran hujan abu yang terjadi di wilayah Kecamatan Selo hampir merata. Selain berdampak pada warga, hujan abu vulkanis juga berdampak pada tanaman pertanian warga terutup abu vulkanis. Selain itu, atap rumah-rumah penduduk juga terlihat memutih.
Dikatakan Dahat, sebagian warga dengan jarak aman dari puncak Merapi sempat mengungsi ke kantor Kecamatan Selo. Mereka berasal dari Dukuh Sepi, Desa Jrakah. Lantaran belum ada imbauan mengungsi, mereka lantas kembali ke rumah masing-masing. “Kalau sudah ada imbauan mengungsi nanti difasilitasi,” jelasnya..
Sementara warga dengan jarak bahaya dari puncak Merapi mengungsi di Balaidesa Tlogolele sebanyak 922 jiwa. Mereka terdiri dari balita 69 orang, lansia 56 orang, bumil 5 orang, dewasa 792 orang. Mereka mengungsi ke tempat penampungan pengungsi sementara (TPPS) di Desa Tlogolele.
“Warga yang mengungsi dari Dukuh Stabelan dan Takeran. Kemudian sebagian kecil dari Dukuh Karang dan Belang,” imbuahnya. Siang harinya, sebagian warga kembali ke rumahnya masing-masing untuk mengurusi hewan ternak. Namun sebagian besar, terutama ibu-ibu, orang tua dan anak-anak masih bertahan di pengungsian.