FOKUS JATENG-SRAGEN-Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen berupaya tidak melakukan regrouping (penggabungan) sekolah dasar (SD) tahun 2018. Meskipun dilakukan, dipastikan sebelumnya melakukan kajian mendalam dan sosialisasi intensif.
Kepala Disdikbud Sragen Suwardi mengatakan, penggabungan sekolah akan membawa dampak dan efek. Termasuk psikologis dari para siswa. “Untuk penggabungkan sekolah memang perlu kajian terlebih dahulu. Misalnya tahun ini kami persiapkan, tahun depan dlaksanakan dengan melakukan sosialisasi terlebih dahulu, termasuk menerima masukan dari berbagai pihak,” terangnya Kamis 19 April 2018.
Dikatakan, jumlah siswa SD minim tidak hanya di wilayah pedesaan, tapi juga ada di wilayah perkotaan. Seperti di wilayah Sidoharjo. “Realita SD yang jumlah muridnya minim itu karena memang selain inputnya berkurang juga pilihan untuk sekolah saat ini sudah terbuka di mana-mana,” papar dia.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Sragen M. Sauman mengatakan, disdikbud harus cermat dan berhati-hati dalam melakukan penggabungan sekolah. Pihaknya selalu memberikan masukan dan saran terkait regrouping. “Kami itu tugasnya sebagai supporting agency, advising agency juga controlling dan mediator,” katanya.
Pihaknya mendukung upaya Pemkab Sragen dalam memberikan pendidikan yang berkualitas kepada seluruh warga Bumi Sukowati. “Masyarakat memang sangat butuh pendidikan yang berkualitas tidak asal pendidikan gratis semata,” jelas dia.