FOKUS JATENG – KARANGANYAR – Bekas Pabrik Gula Colomadu, Karanganyar, yang saat ini diubah namanya menjadi De Tjolomadoe akan resmi dibuka pada 24 Maret 2018 mendatang. Launching kawasan Heritage tersebut akan dimeriahkan sejumlah agenda performance budaya. Mulai dari pameran seni hingga performa Solo Batik Carnival (SBC).
“Agenda ini terdiri dari beberapa kegiatan, ada yang indoor dan ada yang outdoor. Konsep yang ingin ditampilkan adalah mengangkat nilai haritage eks PG Colomadu, baik eksotisme bangunan maupun mesin-mesin penggilingan,” terang General Manager (GM) Konstruksi PT Sinergi Colomadu Edison Suardi saat jumpa pers Agenda De Tjolomadoe Selasa 20 Maret 2018.
Agenda untuk menyambut opening ini akan dilaksanakan selama 3 hari, mulai Selasa – Kamis (20-22) Maret 2018. Dicontohkan, Stasiun Ketelan dan Gilingan akan digunakan sebagai pameran sketsa, fotografi dan seni rupa video. Sedangkan di area outdoor, akan berlangsung music band, Solo Batik Carnival (SBC) dan Green Fashion Heritage.
“Untuk performa seperti SBC nanti kita lakukan di dua lokasi, yakni baik indoor maupun outdoor. Intinya kalau di indoor, tidak boleh megang mesin-mesin atau bangunan yang sudah menjadi cagar budaya,” urainya.
Selain pameran dan performa, De Tjolomadoe juga bakal dilengkapi dengan diskusi budaya dan sejarah. Tema menarik yang akan diusung dalam diskusi budaya dan sejarah ini adalah “Spirit Urip Iku Urup : Arsitektur dan Warisan Budaya.
“Dalam diskusi budaya ini kita turut mengundang Wiendu Nuryanti Guru Besar Arsitektur dan Pariwisata UGM, Mbah Prapto Suryodarmo selaku Budayawan, David Sagita dari Komunitas Haritage Surabaya, Sita ratih Pratiwi selaku Soeracarta Heritage Society,” tambah Yuke Ardhiati selaku Historian Universitas Pancasila yang juga turut menjadi narasumber dalam diskusi budaya tersebut.
Melalui sejumlah kegiatan itu, masyarakat Solo maupun sekitarnya dapat menikmati keindahan arsitektur De Jtolomadu yang kaya akan nilai-nilai historical dan budaya. Sebagai warisan budaya, De Tjolomadoe diharapkan sejarah yang ada dapat dinikmati dan dijaga bersama.
“Kita ingin suguhkan kepada pengunjung adalah bangunan bersejarah keberadaan Pabrik Gula yang dimiliki oleh Mangkunegaran dan bukan dari kolonial Belanda. Dengan tetap mempertahankan hariatge yang ada, pengunjung bisa melihat dan mengenang kejayaan PG Colomadu pada masa eranya dulu,” tandasnya.