FOKUS JATENG-SRAGEN-Harga beras di Kabupaten Sragen terus melambung naik. Kondisi ini mengkhawatirkan pedagang dan konsumen. Pasalnya, kenaikan harga beras saat ini bisa dikatakan tertinggi sejak 2015.
Darmilah, salah satu pedagang beras Pasar Bunder Sragen mengatakan, dirinya kehilangan omzet cukup besar. Biasanya sebelum kenaikan harga satu harga, dalam satu hari bisa laku sekitar 1 ton beras. Namun sekarang hanya laku 6-7 kwintal saja per hari.
”Kenaikan ini dirasakan sekitar 15 hari sejak pertengahan Desember. Yang naik segala jenis beras, rata-rata Rp 1.000, biasanya hanya Rp 200-500,” tuturnya Rabu 3 Januari 2018.
Dia mengakui dengan kenaikan harga ini, pembeli sedikit banyak mengeluh. Para pembeli berharap harga normal seperti semula. Tidak hanya konsumen, namun penjual juga merugi akibat tingginya harga gabah.
Darmilah menerangkan, terakhir kenaikan yang cukup tinggi 2015. Pihaknya menduga karena saat ini belum memasuki masa panen hingga harga gabah cukup tinggi.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen Boghy Yeano Wibowo menuturkan, saat ini beras di atas Harga Eceran Tertinggi (HET). Harga naik sejak menjelang natal dan akhir tahun.
”Jadi ada surat dari Kementerian Perdagangan lewat Bulog akan diadakan operasi pasar. Nanti yang akan menyeleggarakan mitra Bulog,” tandasnya.
Prediksi tingginya harga beras karena stok yang menipis dan stok akhir tahun. Tapi stok Bulog masih banyak. Dia akan segera dilakukan operasi pasar. Sasaran tahap pertama dilakukan di Masaran, Sambungmacan, Gemolong, Mondokan dan Tangen.