
ilustrasi
FOKUS JATENG – BOYOLALI – Kebijakan lima hari sekolah diminta untuk dikaji ulang. Hal ini diungkapkan Ketua Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (PC NU) Boyolali Masruri, kepada wartawan Selasa 8 Agustus 2017.
Pihaknya tidak menolak mentah-mentah kebijakan tersebut. Namun minimal diuji coba terlebih dulu. ”Kalau dari kami menyerahkan ke teman-teman menolak atau menerima monggo,” katanya.
Dikatakan, jika akan diterapkan di wilayah Boyolali bisa diuji coba selama satu semester, misalnya. Lantas hasil evaluasinya dikaji bersama-sama. Apakah merugikan atau menguntungkan. ”Apakah semakin mencerdaskan atau tidak dikaji bersama-sama,” tandasnya.
Di wilayah Boyolali, sekolahan di bawah naungan NU mencapai ratusan. Sesuai dengan kultur pondok pesantren (ponpes), ada yang sudah menerapkan full day school. Namun untuk sekolahnya tetap enam hari. ”Saya contohkan SMK Karya Nugraha. Meski enam hari sekolah, tapi pulangnya tetap jam 4 sore,” terangnya.
Sementara itu, Lembaga Pendidikan Ma’arif Cabang Boyolali menolak lima hari sekolah. Ada lima sekolah di bawah lembaga pendidikan milik NU selama ini tidak menerapkan kebijakan tersebut.
”Sampai saat ini sekolah-sekolah di bawah NU masih menerapkan enam hari sekolah. Terkait jadwal sudah dibuat lima hari sekolah. Tapi kebanyakan pengurus menolak, saya harus ikuti,” kata Ketua Pimpinan Cabang Ma’arif Boyolali Gunanto.
Di wilayah Boyolali ada tujuh sekolah setingkat SLTA yang berada di bawah naungan Ma’arif. Yakni dua SMK dan lima Madrasah Aliyah (MA).
Baca juga: