FOKUS JATENG – SRAGEN – Sebanyak 50% lebih usaha penggilingan padi di Kabupaten Sragen kedapatan mati suri. Persaingan antar pengusaha dan harga beras yang tidak menentu menjadi salah satu penyebab berkurangnya pelaku usaha makanan pokok ini.
“Anggota banyak yang mati suri. Dulu jumlahnya mencapai 600 kemudian sekarang kalau enggak salah tinggal 300 pengusaha,” kata Ketua Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sragen, Suwondo, Minggu (6/7/20-17).
Usai acara Pengukuhan Pengurus DPC Perpadi Kabupaten Sragen 2017-2022 di Pendopo Sumanegaran Suwondo menyampaikan, pihaknya baru mendata kembali anggota Perpadi yang ada. Pasalnya, jumlah 300 pengusaha tersebut belum valid lantaran masih banyak yang belum terdata.
Dalam acara pengukuhan pengurus Perpadi itu saja, pihaknya hanya bisa mengundang sekitar 150 pengusaha beras dan penggilingan padi yang ada di Bumi Sukowati.
“Di luar itu masih banyak pengusaha lain yang belum diundang,” ujarnya.
Suwondo mengatakan, dengan munculnya kasus beras beberapa waktu lalu membuat Perbadi bangkit kembali untuk mengantisipasi agar masalah yang sama tidak menimpa anggota Perpadi Sragen.
“Perpadi ini untuk mempersatukan pengusaha beras di Sragen untuk meningkatkan perekonomian warga Sragen dimana akhir-akhir ini khan banyak masalah menyangkut pedagang beras. Saudara kita ada yang kena untuk itu perlu bersatu bergandengan tangan,” paparnya.
Sementara Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati berharap Perpadi Sragen bisa menjadi wadah yang melindungi pengusaha beras. Terutama pengusaha kecil agar tetap bisa bertahan dan salin menjaga keharmonisan antar sesama pengusaha beras. Yuni juga meminta para pengusaha beras mentaati mekanisme yang ada dalam memasarkan beras sehingga tidak mengelabuhi konsumen.
“Mengelabuhi konsumen misalnya apa yang ada di dalam kandungan beras tersebut dengan yangg tertulis di kemasan tidak sesuai. Itu khan mengelabuhi konsumen,” ujarnya.