FOKUS JATENG – BOYOLALI – Belakangan ini masyarakat Boyolali dan sekitarnya dihebohkan dengan struk harga makanan di warung makan kawasan Objek Wisata Tlatar. Sebab dalam struk tersebut terdapat item harga yang dinilai tidak wajar.
Seperti informasi yang diterima fokusjateng.com Kamis 20 Juli 2017, harga satu cetik kecil nasi Rp 50 ribu. Kemudian ada item harga lainnya yang dinilai tidak wajar. Hal ini ternyata sudah menjadi rahasia umum.
Baca juga: Warga Karanggede Boyolali Kembali Jadi Korban Serangan Kera
Bahkan sempat muncul keluhan warganet di Facebook telah membayar Rp 200 ribu. Sejumlah pihak pun menilai hal ini bakal merusak citra Boyolali sebagai kota wisata, khususnya wisata kuliner.
”Harga yang tidak wajar itu dapat merusak citra destinasi wisata kuliner yang selama ini dibangun oleh pemerintah dan pelaku wisata,” kata Endang, salah satu warga Boyolali.
Baca juga: Tungguk Tembakau 2017 sebagai Pengingat Petran Petani di Bidang Ekonomi
Dia menilai, perlu ketegasan dari pemkab untuk mewajibkan setiap pelaku usaha kuliner membuat daftar harga supaya transparan. Terutama di tempat jujugan wisata kuliner.
Salah satu Pengurus Paguyuban Pengusaha Pemancingan Tlatar Mularso mengaku sudah sering mendengar adanya keluhan mengenai harga makanan yang tinggi. Dia mengakui sejauh ini belum ada standard operating procedure (SOP) mengenai peran masing-masing pelaku di industri pariwisata kuliner.
Baca juga: Seribu Pendaki Serbu Pucak Merapi
”Dampaknya harga di masing-masing warung makan bisa bervariasi tergantung pengelolanya,” katanya. Mularso berharap adanya pembinaan dan penertiban maupun edukasi mengenai SOP.
Terkait peran para pelaku di industri pariwisata kuliner, mengingat para pelaku kuliner merupakan salah satu ambassador promosi destinasi. ”Dengan adanya pembinaan, diharapkan muncul kesadaran dari pelaku usaha agar kenaikan wajar, juga ada transparansi serta kepastian harga,” katanya.