Mahasiswa UNS Ciptakan Pemurni Udara dari Tempurung

Tiga mahasiswa UNS yang membuat penelitian limbah tempurung jadi alat pemurni udara. | Prasetyo (/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG – SOLO – Berbagai kreativitas ditunjukkan oleh mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Seperti yang ditunjukkan tiga mahasiswa Program Studi (Prodi) Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Mereka menyulap limbah tempurung kelapa menjadi alat pemurni udara yang dapat membantu korban kebakaran yang terjebak asap regional.



Ketiga mahasiswa ini menyusun proposal penelitian. Lantas ide mereka berhasil lolos dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Ciptapada bulan Maret lalu. Penelitiannya berjudul Aptucos (Air Purification Tools Using Coconut Shell) : Alat Pemurni Udara Inovatif Sebagai Alternatif Pertolongan Pertama Korban Asap Regional Kebakaran.

Baca juga: Meski Kuota Terpenuhi, UMS Masih Buka Pendaftaran

Tiga mahasiswa ini yakni Alfiyatul Fithri angkatan 2015, Yayan Dwi Sutarni angkatan 2014, dan Burhan Fatkhur Rahman angkatan 2014. Dosen pembimbing bernama Dr.rer.nat.Maulidan Firdaus, M.Sc.

Bahkan tim tersebut mendapat biaya penelitian dari Dikti sebesar Rp 10 juta.

Dari situlah, ketiga mahasiswa tersebut mulai melakukan penelitian hingga akhirnya berhasil menciptakan  Aptucos. Ketua Tim Penelitian, Alfiyatul Fithri mengatakan butuh waktu sekitar empat bulan tim ini berhasil membuat inovasi dengan konsep Aptucos yaitu alat pemurni udara dengan kombinasi air dan karbon tempurung kelapa sebagai komponen dalam proses filtrasi.

Baca juga: Empat Balon Rektor ISI Surakarta Beradu Visi-Misi

”Pembuatan Aptucos ini secara tidak langsung dapat mengatasi dua permasalahan, yaitu mengurangi angka kematian korban karena terjebak asap regional dan mengurangi jumlah limbah tempurung kelapa di Indonesia,” terang salah satu dari mereka, Fithri, Rabu 5 Juli 2017.

Metode pembuatan Aptucos dimulai dengan karbonisasi tempurung kelapa. Kemudian aktivasi tempurung kelapa menggunakan Asam Ortofosfat (H3PO4) dan Kalium Hidroksida (KOH). Keberhasilan proses aktivasi secara kimia terlihat dari spektrum  Fourier Transform Infrared Spectroscopy yang menunjukkan muncul serapan baru pada daerah 1100 cm-1 yaitu munculnya gugus C-O.

Setelah karbon berhasil diaktivasi kemudian digabungkan ke dalam rancangan Aptucos. Prinsip kerja Aptucos adalah berdasarkan proses adsorbsi gas dalam pori – pori karbon aktif. Keberhasilan kinerja alat terlihat dari penurunan kadar CO dan CO2 setelah melewati Aptucos. Efisiensi kinerja Aptucos dapat menurunkan kadar CO dalam asap sebesar 75 – 85 persen dan menurunkan kadar CO2 sebesar 24 – 51 persen.

Alat yang didesain mudah dibawa ke mana-mana ini lantaran bisa digendong seperti layaknya tas punggung dan bisa dipakai baik untuk individu maupun kelompok. ”Untuk petugas pemadam kebakaran pun bisa dikenakan, kemudian untuk daerah yang terpapar kebakaran misalnya kebakaran hutan juga bisa digunakan. Dan satu alat ini juga digunakan untuk beberapa orang,” ujarnya. (sto)