Ini Alasan Dibalik Pertunjukan Drama Kolosal ‘Serangan Umum 4 Hari di Kota Solo’

Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-72 yang dadakan Pemerintah Kota Solo di Stadion Sriwedari, tahun ini terasa istimewa dengan ditampilkannya drama kolosal Serangan Umum 4 Hari di Kota Solo. (Putranti/Fokusjateng.com)

FOKUS JATENG — SOLO – Drama kolosal yang mewarnai Upacara Peringatan HUT RI ke-72 di Stadion Sriwedari, Kamis 17 Agustus 2017 memang menjadi kejutan tersendiri bagi peserta dan tamu undangan. Pasalnya selama ini pertunjukan tari yang menggambarkan semangat juang yang disuguhkan sebagai pembuka sebelum pelaksanaan upacara detik-detik proklamasi.


Sutradara drama kolosal Serangan Umum 4 Hari di Kota Solo, Mayor (Inf) Didin Nasrudin Darsono mengatakan, Stadion Sriwedari memang merupakan tempat yang paling tepat digelarnya drama kolosal tersebut. Pasalnya, di stadion yang juga menjadi tempat kali pertama penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional itu menjadi tempat pengibaran bendera merah putih sebagai lambang penyerahan Kota Solo oleh Komandan Pasukan Belanda Kolonel Van Ohl pada 12 November 1949.

“Saat itu untuk meredam serangan, Kolonel Van Ohl, meminta diadakan perundingan dengan Komandan Brigade V Letnan Kolonel Slamet Riyadi di Stadion Sriwedari dan akhirnya menyerahkan Kota Solo kembali ke tangan pejuang dengan simbolik penyerahan bendera merah putih yang akhirnya dikibarkan,” jelasnya.

Selain itu, Serangan Umum 4 Hari di Solo tercatat sejarah sebagai Perang Kemerdekaan terakhir setelah Proklamasi Kemerdekaan 1945. Sebab setelah itu digelar Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda dan berujung pada dicapainya pengakuan kemerdekaan dan kedaulatan RI.

“Serangan Umum 4 Hari di Solo terbukti berhasil memperkuat posisi tawar politik perjuangan diplomasi delegasi Republik Indonesia pada 27 Desember 1949 di Konferensi Meja Bundar yang memperjuangkan pengakuan dunia internasional atas Kedaulatan Republik Indonesia. Jadi sangat pas digelar saat peringatan HUT Kemerdekaan RI,” imbuhnya.

Sementara itu, Walikota Solo, FX Hadi Rudyatmo mengatakan, menonton drama kolosal tersebut membuat ia terharu dan semakin menghargai jasa para pahlawan yang berjuang sekuat tenaga hingga darah penghabisan untuk meraih kemerdekaan yang saat ini dinikmati bangsa Indonesia.

“Kalau kita mau flashback ke belakang maka keharuan akan muncul lagi dengan adanya drama kolosal serangan 4 hari di Solo,” ungkapnya.


Ia pun memaknai kemerdekaan dengan kebahagiaan yang harus dibagi, tidak harus dalam bentuk materi tapi kerja nyata untuk masyarakat. Seperti pemenuhan hak masyarakat untuk menghirup udara segar, menikmati transportasi, jaminan kesehatan ataupun pendidikan yang layak.

“Saat ini kita sedang melakukan pemerataan, baik itu infrastruktur, kesehatan dan pendidikan, bagaimana menciptakan lingkungan yang kumuh menjadi tidak kumuh,” paparnya.

Simak preview dan foto-fotonya di artikel sebelumnya yang berjudul  Darr..Derr…Dorr…!!! Ini Preview Lengkap dan Foto-foto Drama Kolosal saat Upacara Bendera di Sriwedari